The Chronicles of Nyanyaa

THE CHRONICLES OF NYANYAA
Ini Kisah Nyata - Ini Kisah Nyanyaa

Saturday, May 15, 2010

Sides of Me


Sisi pesimisku berkata:
aku akan segera terdiskualifikasi,
terbuang dari daftarnya,
terhapus dari memorinya,
semudah menekan Ctrl+Z,
semudah menggulung permen karet bekas dengan kertas dan melemparnya ke tong sampah.

Sisi jujur dalam diriku meratap:
aku tak bisa tanpanya,
dia urutan pertama dan satu-satunya,
dia tak terganti,
tidak setelah semua mimpi yang kubangun tinggi,
tidak setelah semua rasa yang terlanjur hinggap dan mencengkram erat hati.

Sisi pesimisku menimpali:
aku tak pantas,
aku nyata dan dia mimpi indah,
bersama denganku sama saja dengan memaksa dia menyiksa diri.

Sisi jujur diriku menangis dan menjerit:
aku masih ingin bertahan,
berusaha agar pantas,
tunggulah beberapa saat lagi,
aku butuh waktu untuk menyesuaikan segala kesempurnaannya.
Aku ingin dia menunggu selama yang ia bisa,
hingga tak sanggup lagi dia tatapkan mata kearahku,
hingga muak dia disampingku.

Aku lah si pesimis.
Aku lah si egois.

Lalu kemana sisi optimisku?
Apakah kau tak ingin berkata-kata?
Mungkin seluruh sisi dalam diriku akan bungkam jika kau angkat bicara.
Oh tentu saja kau diam, kau memang tak pernah ada.

No comments:

Post a Comment

Saturday, May 15, 2010

Sides of Me


Sisi pesimisku berkata:
aku akan segera terdiskualifikasi,
terbuang dari daftarnya,
terhapus dari memorinya,
semudah menekan Ctrl+Z,
semudah menggulung permen karet bekas dengan kertas dan melemparnya ke tong sampah.

Sisi jujur dalam diriku meratap:
aku tak bisa tanpanya,
dia urutan pertama dan satu-satunya,
dia tak terganti,
tidak setelah semua mimpi yang kubangun tinggi,
tidak setelah semua rasa yang terlanjur hinggap dan mencengkram erat hati.

Sisi pesimisku menimpali:
aku tak pantas,
aku nyata dan dia mimpi indah,
bersama denganku sama saja dengan memaksa dia menyiksa diri.

Sisi jujur diriku menangis dan menjerit:
aku masih ingin bertahan,
berusaha agar pantas,
tunggulah beberapa saat lagi,
aku butuh waktu untuk menyesuaikan segala kesempurnaannya.
Aku ingin dia menunggu selama yang ia bisa,
hingga tak sanggup lagi dia tatapkan mata kearahku,
hingga muak dia disampingku.

Aku lah si pesimis.
Aku lah si egois.

Lalu kemana sisi optimisku?
Apakah kau tak ingin berkata-kata?
Mungkin seluruh sisi dalam diriku akan bungkam jika kau angkat bicara.
Oh tentu saja kau diam, kau memang tak pernah ada.

No comments:

Post a Comment