The Chronicles of Nyanyaa

THE CHRONICLES OF NYANYAA
Ini Kisah Nyata - Ini Kisah Nyanyaa

Tuesday, April 28, 2009

Malu Bertanya; Pipis di Celana (based on true story)

Jumat, 21 des 2007

Perjalanan ciamis-bandung memang menyenangkan. Bukit-bukit, sawah, sungai, jembatan, juga jamban. Oh, indah pemandangan. Yap, selalu menyenangkan kecuali hari ini. Dua setengah jam nisa duduk di kursi sebuah elf sambil menahan pipis. Oh tidak oh iyah, apa yang harus nisa lakukan?

Perjalanan sampai rumah tercinta yang letaknya di cimahi selatan itu mungkin masih memakan waktu 2 sampai 3 jam lagi. Dan elep jahanam ini tidak akan berhenti lama, kecuali abang sopirnya ingin berhajat (baca: ee’). Poor me, abang sopir tidak pernah mengeluarkan gejala-gejala akan berhajat, itu artinya tak akan ada kesempatan bagi nisa untuk turun dan pipis. Nisa yang diberkahi otak cerdas ini pun segera berpikir keras dan muncul-lah ide brilliant untuk mendoakan abang sopir supaya lekas ee’. Nyahahahahaha, aku memang pintar. Akan tetapi, sebelum sempat menyelesaikan doa, otak cerdas ini berpikir kembali, “kalaupun abang sopir ingin ee’ di tengah perjalanan, pastilah beliau akan berhenti dimana saja, asalkan tempat itu bisa di-ee’-i, mungkin saja di sawah, atau di empang orang. Kalau abang sopir itu berhenti di pesawahan, nisa harus pipis dimana? Haruskah nisa yang cantik ini pipis di sawah tempat abang sopir yang sedang berhajat itu berada?” Oh tidak oh iyah, nisa berhenti membayangkan, dan berhenti juga berdoa yang tidak-tidak.

Perjalanan masi jauh, perasaan ingin pipis tak juga hilang. Pingin tidur, nggak bisa. Pingin cepet sampe, nggak mungkin. Pingin cepet kaya, amiiin.

Mobil elep ini tiba-tiba berhenti, ya angpun, dosa apa aku selama di bumi sampai harus ketemu macet disaat seperti ini? Nisa mulai menyiapkan mental untuk menanggung malu kalau saja pipis di celana sudah menjadi garis takdir hidupku. Penderitaan tak sampai disana, ditengah macet ini hujan pun turun. Sedap. Keadaan jadi semakin dingin. Jadi inget kata pak biologi, semakin rendah suhu lingkungan, semakin banyak pipis terbentuk. Ingiiin sekali rasanya, membejek-bejek guru biologi yang tidak bersalah itu.

Akhirnya nisa dan mobil elep ini sampai di leuwi panjang, sudah semakin dekat dengan tujuan, pipis ini pun sudah semakin tak bisa ditahan. Otak cerdas nisa kembali bekerja dengan baik, dan terpikirkanlah cara yang sangat bijak: menangis. Mungkin saja menangis dan mengeluarkan air mata akan dapat mengurangi kuota pipis. Nisa pun mulai memikirkan hal-hal sedih, dan nisa pun bener-bener nangis. Luar biasa.

Tapi, oh tidak oh iyah, perasaan ingin pipis ini sama sekali tidak terpengaruh. Nisa pun tersadar bahwa saluran air mata dan saluran pipis begitu jauh jaraknya. Nisa berhenti menangis, tapi oh, bapak-bapak yang duduk di depan nisa merokok dengan biadapnya. Si cantik nisa tidak tahan dengan asap rokok dan harus batuk-batuk agar tenggorokan tidak gatal. Hwaaaaaa…, nisa bingung memilih antara tenggorokan gatel atau pipis dicelana. Nisa pun menghadap ke jendela dan bernapas dari sana. Hhh, nisa bisa bernapas lega (ternyata gerakan refleksku lebih cerdas daripada otak yang selama ini aku promosikan).

Setelah beberapa jam hidup dalam derita akhirnya SAMPAI JUGA! Nisa pun turun dan melihat sekeliling, oh tidak, ternyata ini bukan tempat yang biasa aku turuni. Kami salah tempat turun. Bagus, pipis dicelana bukan lagi impian. Haruskah nisa pipis sekarang, tapi, ah masa ah iya gengsi dong.

Tapi saat ini, Nisa nggak peduli kita turun dimana, yang penting pipis. Nisa pun mulai mencari tempat yang bisa ditumpangi pipis. Tempat yang terdekat adalah bengkel. Mamah mulai bertanya, “bisa numpang pipis?”

“Di situ, Bu,” Abang bengkel menjawab sambil menunjuk sebuah kotak kecil.

Yap, kotak kecil terbuat dari triplek setinggi dada yang diletakkan persis di depan mereka. Oh tidak, haruskah aku pipis disana. Tapi nisa yakin bahwa hanya gorilla jantan yang sanggup pipis disana, di sebuah kotak dimana ada dua abang bengkel didepannya. Nisa pun langsung kabur, bukan kabur sebenarnya, tapi jalan ngegang dengan cepat. Ya, nisa udah nggak bisa jalan selayaknya manusia. Nisa lalu menemukan sebuah wartel yang ada warungnya. Nisa pun masuk dan mencari pemiliknya, lalu bertanya, “a’, bisa numpang ke belakang?”

“Oh disana, tapi cuma bisa buat buang air kecil.”

“Iyah,” nisa menjawab. Sial, emang muka nisa keliatan lagi tahan ee’ ya?

Nisa pun segera ke sana dan pipis. Hhh, senangnya. Percaya atau tidak pipisnya orang yang sudah menahan diri selama 5 jam bisa mencapai 30 hitungan loh. Luar biasa.

Nyaaaaaaaaa, begitulah pengalaman pahitku yang tidak akan terlupakan. Karena itulah, teman-temanku sebangsa dan setanah air, jangan pernah malu bertanya untuk menumpang pipis, atau meminta apapun, karena malu bertanya: pipis dicelana. Nisa yang selama ini malas bertanya pada orang asing saja jadi pintar bertanya, aku sebut ini pee power. Semoga cerita ini bisa menjadi teladan. (apanya?). Dadah. Sampai jumpa minggu depan.

8 comments:

  1. g sengaja nemu tulisan ini di PC yang lama. .
    aah. .
    jadi ingat masa2 itu. .
    :D

    ReplyDelete
  2. "semakin rendah suhu, semakin banyak pipis yang terbentuk??"dosen sp yang mengajarimu tentang teori pipis itu nak?

    sa mau muka pipis, mau muka pengen"ee"
    d rimu mah ga bs di bedain teteup kaya gitu sa

    ga dimana" duh malu"in banget seh sa beleberan dimana"

    wehehehehehe

    please sa dengan sangat aku mohon saat jalan ke tempat" elit dengan vie jangan melakukan hal konyol dengan melakukan pipis berdiri di pinggir pilar" mewah........

    sa pesan dariku hanya satu
    "jadilah anak yang elegant sepertiku sa

    ReplyDelete
  3. itu teh kata pak nurr. .
    tapi pak nono juga pernah bilang da, waktu bio-umum

    tidak nopi
    aku kan berhasil menemukan wc
    jadi g beleberan. .

    nopi ajah itu mah yang suka pipis di pilar
    dan kamu sama sekali tidak elegan

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. HUAKHUAKHUAKHUAK

    yah...endingnya happy ending ya (bertemunya nisa dengan sang toilet) kirain bakal sad ending (nisa pipis di celana)

    *ketawa guling2an*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaa, siaaal, jadi kamu mengharapkan Nisa berakhir dengan pipis di celana? Harusnya ikut seneng Nisa ketemu toilet, hahaa..
      Eniwei, makasi udah mampir :D

      Delete
  6. -,- nasib mu enak Nis, eh namanya sama kayak si Dia :v wkwk dulu smp waktu kelas 2, dari Yogya bandung pas adem2 nya kebelet pipis, eh ga ada pom,ga mandek pula .. Putuskan pipis di botol, di Mizone tak cukup, ahirnya di boyol Aquwa yg 1,5liter mojok pake satung, padah 40% di bis perempuan.. Mali aku -_-

    ReplyDelete
  7. *Sarung
    *Padahal
    *Mali

    Daftar revisi ane, kebayakan... Senam mata,,, maap

    ReplyDelete

Tuesday, April 28, 2009

Malu Bertanya; Pipis di Celana (based on true story)

Jumat, 21 des 2007

Perjalanan ciamis-bandung memang menyenangkan. Bukit-bukit, sawah, sungai, jembatan, juga jamban. Oh, indah pemandangan. Yap, selalu menyenangkan kecuali hari ini. Dua setengah jam nisa duduk di kursi sebuah elf sambil menahan pipis. Oh tidak oh iyah, apa yang harus nisa lakukan?

Perjalanan sampai rumah tercinta yang letaknya di cimahi selatan itu mungkin masih memakan waktu 2 sampai 3 jam lagi. Dan elep jahanam ini tidak akan berhenti lama, kecuali abang sopirnya ingin berhajat (baca: ee’). Poor me, abang sopir tidak pernah mengeluarkan gejala-gejala akan berhajat, itu artinya tak akan ada kesempatan bagi nisa untuk turun dan pipis. Nisa yang diberkahi otak cerdas ini pun segera berpikir keras dan muncul-lah ide brilliant untuk mendoakan abang sopir supaya lekas ee’. Nyahahahahaha, aku memang pintar. Akan tetapi, sebelum sempat menyelesaikan doa, otak cerdas ini berpikir kembali, “kalaupun abang sopir ingin ee’ di tengah perjalanan, pastilah beliau akan berhenti dimana saja, asalkan tempat itu bisa di-ee’-i, mungkin saja di sawah, atau di empang orang. Kalau abang sopir itu berhenti di pesawahan, nisa harus pipis dimana? Haruskah nisa yang cantik ini pipis di sawah tempat abang sopir yang sedang berhajat itu berada?” Oh tidak oh iyah, nisa berhenti membayangkan, dan berhenti juga berdoa yang tidak-tidak.

Perjalanan masi jauh, perasaan ingin pipis tak juga hilang. Pingin tidur, nggak bisa. Pingin cepet sampe, nggak mungkin. Pingin cepet kaya, amiiin.

Mobil elep ini tiba-tiba berhenti, ya angpun, dosa apa aku selama di bumi sampai harus ketemu macet disaat seperti ini? Nisa mulai menyiapkan mental untuk menanggung malu kalau saja pipis di celana sudah menjadi garis takdir hidupku. Penderitaan tak sampai disana, ditengah macet ini hujan pun turun. Sedap. Keadaan jadi semakin dingin. Jadi inget kata pak biologi, semakin rendah suhu lingkungan, semakin banyak pipis terbentuk. Ingiiin sekali rasanya, membejek-bejek guru biologi yang tidak bersalah itu.

Akhirnya nisa dan mobil elep ini sampai di leuwi panjang, sudah semakin dekat dengan tujuan, pipis ini pun sudah semakin tak bisa ditahan. Otak cerdas nisa kembali bekerja dengan baik, dan terpikirkanlah cara yang sangat bijak: menangis. Mungkin saja menangis dan mengeluarkan air mata akan dapat mengurangi kuota pipis. Nisa pun mulai memikirkan hal-hal sedih, dan nisa pun bener-bener nangis. Luar biasa.

Tapi, oh tidak oh iyah, perasaan ingin pipis ini sama sekali tidak terpengaruh. Nisa pun tersadar bahwa saluran air mata dan saluran pipis begitu jauh jaraknya. Nisa berhenti menangis, tapi oh, bapak-bapak yang duduk di depan nisa merokok dengan biadapnya. Si cantik nisa tidak tahan dengan asap rokok dan harus batuk-batuk agar tenggorokan tidak gatal. Hwaaaaaa…, nisa bingung memilih antara tenggorokan gatel atau pipis dicelana. Nisa pun menghadap ke jendela dan bernapas dari sana. Hhh, nisa bisa bernapas lega (ternyata gerakan refleksku lebih cerdas daripada otak yang selama ini aku promosikan).

Setelah beberapa jam hidup dalam derita akhirnya SAMPAI JUGA! Nisa pun turun dan melihat sekeliling, oh tidak, ternyata ini bukan tempat yang biasa aku turuni. Kami salah tempat turun. Bagus, pipis dicelana bukan lagi impian. Haruskah nisa pipis sekarang, tapi, ah masa ah iya gengsi dong.

Tapi saat ini, Nisa nggak peduli kita turun dimana, yang penting pipis. Nisa pun mulai mencari tempat yang bisa ditumpangi pipis. Tempat yang terdekat adalah bengkel. Mamah mulai bertanya, “bisa numpang pipis?”

“Di situ, Bu,” Abang bengkel menjawab sambil menunjuk sebuah kotak kecil.

Yap, kotak kecil terbuat dari triplek setinggi dada yang diletakkan persis di depan mereka. Oh tidak, haruskah aku pipis disana. Tapi nisa yakin bahwa hanya gorilla jantan yang sanggup pipis disana, di sebuah kotak dimana ada dua abang bengkel didepannya. Nisa pun langsung kabur, bukan kabur sebenarnya, tapi jalan ngegang dengan cepat. Ya, nisa udah nggak bisa jalan selayaknya manusia. Nisa lalu menemukan sebuah wartel yang ada warungnya. Nisa pun masuk dan mencari pemiliknya, lalu bertanya, “a’, bisa numpang ke belakang?”

“Oh disana, tapi cuma bisa buat buang air kecil.”

“Iyah,” nisa menjawab. Sial, emang muka nisa keliatan lagi tahan ee’ ya?

Nisa pun segera ke sana dan pipis. Hhh, senangnya. Percaya atau tidak pipisnya orang yang sudah menahan diri selama 5 jam bisa mencapai 30 hitungan loh. Luar biasa.

Nyaaaaaaaaa, begitulah pengalaman pahitku yang tidak akan terlupakan. Karena itulah, teman-temanku sebangsa dan setanah air, jangan pernah malu bertanya untuk menumpang pipis, atau meminta apapun, karena malu bertanya: pipis dicelana. Nisa yang selama ini malas bertanya pada orang asing saja jadi pintar bertanya, aku sebut ini pee power. Semoga cerita ini bisa menjadi teladan. (apanya?). Dadah. Sampai jumpa minggu depan.

8 comments:

  1. g sengaja nemu tulisan ini di PC yang lama. .
    aah. .
    jadi ingat masa2 itu. .
    :D

    ReplyDelete
  2. "semakin rendah suhu, semakin banyak pipis yang terbentuk??"dosen sp yang mengajarimu tentang teori pipis itu nak?

    sa mau muka pipis, mau muka pengen"ee"
    d rimu mah ga bs di bedain teteup kaya gitu sa

    ga dimana" duh malu"in banget seh sa beleberan dimana"

    wehehehehehe

    please sa dengan sangat aku mohon saat jalan ke tempat" elit dengan vie jangan melakukan hal konyol dengan melakukan pipis berdiri di pinggir pilar" mewah........

    sa pesan dariku hanya satu
    "jadilah anak yang elegant sepertiku sa

    ReplyDelete
  3. itu teh kata pak nurr. .
    tapi pak nono juga pernah bilang da, waktu bio-umum

    tidak nopi
    aku kan berhasil menemukan wc
    jadi g beleberan. .

    nopi ajah itu mah yang suka pipis di pilar
    dan kamu sama sekali tidak elegan

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. HUAKHUAKHUAKHUAK

    yah...endingnya happy ending ya (bertemunya nisa dengan sang toilet) kirain bakal sad ending (nisa pipis di celana)

    *ketawa guling2an*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaa, siaaal, jadi kamu mengharapkan Nisa berakhir dengan pipis di celana? Harusnya ikut seneng Nisa ketemu toilet, hahaa..
      Eniwei, makasi udah mampir :D

      Delete
  6. -,- nasib mu enak Nis, eh namanya sama kayak si Dia :v wkwk dulu smp waktu kelas 2, dari Yogya bandung pas adem2 nya kebelet pipis, eh ga ada pom,ga mandek pula .. Putuskan pipis di botol, di Mizone tak cukup, ahirnya di boyol Aquwa yg 1,5liter mojok pake satung, padah 40% di bis perempuan.. Mali aku -_-

    ReplyDelete
  7. *Sarung
    *Padahal
    *Mali

    Daftar revisi ane, kebayakan... Senam mata,,, maap

    ReplyDelete