The Chronicles of Nyanyaa

THE CHRONICLES OF NYANYAA
Ini Kisah Nyata - Ini Kisah Nyanyaa

Wednesday, February 6, 2013

Terimakasih Papah


Sore ini saya baru menyelesaikan nonton Kita Vs Korupsi, 4 film pendek yang dibuat sebagai penyuluhan korupsi bagi masyarakat. Menurut saya, film yang paling ngena itu justru film yang paling sederhana diantara keempatnya, film ke-4, soalnya dekat dengan keseharian, judulnya, "Psssttt... Jangan Bilang Siapa-Siapa." Film ini bercerita tentang korupsi kecil-kecilan yang dilakukan oleh anak SMA. Waktu masih sekolah dulu, saya juga sering mendengar istilahnya; nyoceng. Buat yang belum tau, nyoceng itu adalah perbuatan me-markup anggaran yang pelakunya anak sekolahan, mau itu buku pelajaran, uang les, sumbangan sekolah, seragam, apapun. Misalnya gini nih, buku Biologi itu harga sebenarnya Rp 38.000, tapi, supaya bisa nraktir pacar jajan mie ayam, pelaku nyoceng akan meminta uang Rp 50.000 kepada orangtuanya, dan berkata sebesar itulah harga buku sebenarnya. Yah, nyoceng, dari perbuatan sekecil inilah korupsi yang lebih besar skalanya bisa jadi bermula, ini inti ceritanya. Aaah, untung saja saya tidak pernah jadi bagian di dalamnya, ahiy, saya memang anak yang baik :3 Cantik juga sih, tapi, sudahlah, kita tidak sedang membicarakan kecantikan saya di sini. 

Selain film tadi, ada lagi yang ngena di hati saya, yaitu film ke-3, judulnya; "Selamat Siang, Risa!" Tentang bagaimana Risa menolak untuk diberi suap, sebagaimana ayahnya dulu yang bekerja sebagai penjaga gudang menolak untuk mengalihfungsikan gudang yang ia jaga untuk menimbun beras, walaupun sebenarnya, uang yang ayah Risa bisa dapat akan sangat berharga untuk pengobatan adik Risa yang sedang sakit saat itu. Ayah saya bukanlah seorang penjaga gudang, ibu saya pun bukanlah penjahit, dan saya tidak pernah sakit-sakitan saat tak ada beras yang bisa dimasak di dapur, tapi film ini mengingatkan saya pada ayah saya, pada papah. Baru-baru ini mamah cerita tentang papah, tentang bagaimana beliau bekerja, tentang kesempatan-kesempatan yang beliau lewatkan supaya tetap lurus dijalannya, tentang kemungkinan-kemungkinan bahwa keluarga kita bisa lebih 'sejahtera' daripada sekarang jika papah tak teguh pendirian, tentang mengapa saat itu jabatan papah saya segitu-segitu saja. Hm... :) Terimakasih pah, untuk bersihnya rizki yang kau upayakan untuk kami, untuk segala lelah yang kau lalui tanpa memperlihatkan susah, untuk segala sukar yang kau lalui tanpa gentar. Aku bangga padamu, selalu :') T.T 

Wednesday, February 6, 2013

Terimakasih Papah


Sore ini saya baru menyelesaikan nonton Kita Vs Korupsi, 4 film pendek yang dibuat sebagai penyuluhan korupsi bagi masyarakat. Menurut saya, film yang paling ngena itu justru film yang paling sederhana diantara keempatnya, film ke-4, soalnya dekat dengan keseharian, judulnya, "Psssttt... Jangan Bilang Siapa-Siapa." Film ini bercerita tentang korupsi kecil-kecilan yang dilakukan oleh anak SMA. Waktu masih sekolah dulu, saya juga sering mendengar istilahnya; nyoceng. Buat yang belum tau, nyoceng itu adalah perbuatan me-markup anggaran yang pelakunya anak sekolahan, mau itu buku pelajaran, uang les, sumbangan sekolah, seragam, apapun. Misalnya gini nih, buku Biologi itu harga sebenarnya Rp 38.000, tapi, supaya bisa nraktir pacar jajan mie ayam, pelaku nyoceng akan meminta uang Rp 50.000 kepada orangtuanya, dan berkata sebesar itulah harga buku sebenarnya. Yah, nyoceng, dari perbuatan sekecil inilah korupsi yang lebih besar skalanya bisa jadi bermula, ini inti ceritanya. Aaah, untung saja saya tidak pernah jadi bagian di dalamnya, ahiy, saya memang anak yang baik :3 Cantik juga sih, tapi, sudahlah, kita tidak sedang membicarakan kecantikan saya di sini. 

Selain film tadi, ada lagi yang ngena di hati saya, yaitu film ke-3, judulnya; "Selamat Siang, Risa!" Tentang bagaimana Risa menolak untuk diberi suap, sebagaimana ayahnya dulu yang bekerja sebagai penjaga gudang menolak untuk mengalihfungsikan gudang yang ia jaga untuk menimbun beras, walaupun sebenarnya, uang yang ayah Risa bisa dapat akan sangat berharga untuk pengobatan adik Risa yang sedang sakit saat itu. Ayah saya bukanlah seorang penjaga gudang, ibu saya pun bukanlah penjahit, dan saya tidak pernah sakit-sakitan saat tak ada beras yang bisa dimasak di dapur, tapi film ini mengingatkan saya pada ayah saya, pada papah. Baru-baru ini mamah cerita tentang papah, tentang bagaimana beliau bekerja, tentang kesempatan-kesempatan yang beliau lewatkan supaya tetap lurus dijalannya, tentang kemungkinan-kemungkinan bahwa keluarga kita bisa lebih 'sejahtera' daripada sekarang jika papah tak teguh pendirian, tentang mengapa saat itu jabatan papah saya segitu-segitu saja. Hm... :) Terimakasih pah, untuk bersihnya rizki yang kau upayakan untuk kami, untuk segala lelah yang kau lalui tanpa memperlihatkan susah, untuk segala sukar yang kau lalui tanpa gentar. Aku bangga padamu, selalu :') T.T